Masa kuliah seringkali ia dengar sebagai masa seseorang
benar-benar belajar untuk bersiap dalam kehidupan bermasyarakat. Benar memang,
kali ini ia langsung mengiyakan. Hari-hari pertama di kampus memang dirasakan
gadis belia itu sebagai cerminan pandangan tersebut. Tapi sepertinya ada perbedaan besar antara tahun pertamanya di SMA dengan tahun pertamanya di kampus. Ia lebih mudah merasa terlihat, bahkan di hari pertamanya dalam sebuah barisan mahasiswa baru itu ia telah mendapat lebih dari dua teman baru. Kali ini ia merasa mereka benar-benar tahu bahwa dirinya ada. Selain itu, ia masih merasa senang karena apa yang ia kenakan di hari-harinya menggapai ilmu. Sehelai kain yang menutup rambut indahnya. Meski belum sempurna, dan bahkan itu pun karena ia belum memahami seperti apa seharusnya wujud dari sempurna itu.
"Kenapa sih mereka pake bajunya gitu amat? Kan yang penting udah ketutup." Ucap salah seorang teman saat beberapa orang termasuk gadis belia itu duduk-duduk santai bersama. Meski tanpa berbicara apa-apa, dalam hatinya gadis belia itu menyetujui pendapat temannya. Hanya saja ia tidak setuju jika harus mengkritik orang lain di belakang orang itu.
"Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidh) maka tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, seraya menunjukkan wajah dan telapak tangannya” - HR Abi Dawud
Gadis belia itu berpikir, sudah tepat dirinya dengan kalimat dalam hadits yang ia baca. Hanya wajah dan kedua tangan. Hingga suatu waktu ia temukan penjelasan yang lebih, yang membuatnya merasa kerdil.
"Rasululullah bersabda melalui Ibnu Abbas: Beliau melaknat seorang laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki" (HR. Bukhari).
Syaikh Al Albani rahimahullah pernah mengatakan, “tujuan
pakaian muslimah adalah agar tidak menggoda. Tujuan ini bisa tercapai hanya dengan wanita
berbusana longgar. Adapun berbusana ketat walau itu menutupi warna kulit, namun
masih menampakan bentuk lekuk tubuh seluruhnya atau sebagiannya. Sehingga hal
ini pun menggoda pandangan para pria. Dan sangat jelas hal ini menimbulkan kerusakan
tanpa di ragukan lagi. Sehingga pakaian muslimah haruslah longgar ( tidak
ketat).” (Jilbab Al Mar’ah Almuslimah fil
Kitab was Sunnah, hal 131).
Penjelasan demi penjelasan ia ketahui, dan hari itu pula ia paham bahwa dirinya masih belum benar-benar melaksanakan perintah Allah, seperti yang ia kira sebelumnya. Gadis belia itu, meskipun ia mengetahui dan paham seperti apa seharusnya ia dalam berpakaian sebagai muslimah, ia masih merasa belum mampu melaksanakannya. Banyak pemikiran yang membuatnya tidak segera melaksanakan perintah itu.
"Oke, terlebih dulu aku akan mengumpulkan baju-baju longgar, rok, gamis, jadi setelah ada beberapa bisa aku pakai setiap hari untuk ke kampus.' Gumam gadis belia itu sesaat setelah melihat seorang perempuan berpakaian longgar yang dulu pernah mendapat kritikan dari teman-temannya. Sejenak ia pun berpikir telah salah menilai seseorang yang justru dalam jalan yang benar, betapa malunya ia saat itu. Si kerdil yang justru mengolok-olok bidadari.
'Ukh, aku pengen pake rok sama baju-baji kayak ukhty. Tapi bajunya baru satu, kan nggak enak kalo sekarang pake rok besoknya pake celana besoknya lagi pake rok. Jadinya malah ngerasa malu." ucapnya lagi, pada seorang teman yang duduk di sampingnya.
'Ukh, aku pengen pake rok sama baju-baji kayak ukhty. Tapi bajunya baru satu, kan nggak enak kalo sekarang pake rok besoknya pake celana besoknya lagi pake rok. Jadinya malah ngerasa malu." ucapnya lagi, pada seorang teman yang duduk di sampingnya.
"Nggak pa-pa ukh, aku juga rok cuma punya dua, dua atau tiga hari baru ganti. Yang penting niatnya ada, yakin, lakukan! Nanti pasti lebih mudah jalannya."
Mendengar ucapan temannya, gadis belia itu benar-benar ingin memulai mengenakan pakaian yang lebih baik, tidak seperti yang saat ini ia kenakan.
"Cie cie.... Tumben pake rok. Eh tapi, sepatunya kok tetep gitu aja?" Ledek teman-teman pada gadis belia yang baru pertama kalinya mengenakan rok di kampus.
"He...he.... Iya, nyoba pake rok. Tapi kalo sepatu tetep, susah soalnya kalo jalan pake sepatu kayak gitu." Jawabnya sambil menunjuk pada sepatu salah seorang temannya. Gayanya yang santai dan kasual masih tercermin pada sepatu yang ia kenakan, meski ia tidak sedang mengenakan celana.
"Besok gimana ya? Pake celana lagi? Yah.... Kayaknya aku harus buru-buru beli rok baru buat ganti." Gumam gadis belia itu di dalam hati.
Sebuah rok baru berwarna coklat mengisi lemari pakaiannya.
"Yang penting niatnya ada, yakin, lakukan! Nanti pasti lebih mudah jalannya." Ia mulai bisa merasakan maksud kalimat itu.
"Gimana ukh pake rok? Enak?" Sebelum menjawab pertanyaan itu, si gadis belia tersenyum senang.
"Iya, enak banget. Nyamaaan... banget." Dan, sebagaimana sabda Rasulullah,
"Jika hamba-Ku mendekati-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekatinya satu hasta, dan jika dia mendekati-Ku satu hasta Aku akan mendekatinya satu depa. Jika dia datang pada-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari" (HR. Bukhari - Hadits Qudsi).
No comments:
Post a Comment