Mimpi bagiku
adalah seperti kata lain yang digunakan untuk menggambarkan keinginan terbesar.
Banyak orang yang bermimpi dengan sekian rupa impian. Semua orang yang bermimpi
itu sama antara satu sama lainnya. Mereka semua menilai sesuatu sebagai harapan
dan berangan agar impiannya adalah suatu hal yang nyata. Tapi ada yang berbeda
di antara mereka, yaitu kepercayaan. Sebagian orang yakin dan percaya untuk
terus berusaha hingga impiannya terwujud. Mereka percaya bahwa suatu saat hal
itu akan terjadi, dan di setiap kesulitan dalam perjuangannya ada kepercayaan
bahwa pasti ada jalan keluar di sela-sela kesulitan itu. Sebagian lain juga
menggantungkan impiannya, tapi, mereka tidak sepenuhnya percaya. Ada
kekhawatiran dalam diri mereka tentang terwujudnya mimpi yang mereka
gantungkan. Keinginan yang besar ada, tapi rasa percaya mulai terkikis dari
waktu ke waktu, bahkan karena diri mereka sendiri. Tanpa disadari, mereka
dengan sengaja mengikis kepercayaan akan terwujudnya impian yang telah
terbentuk.
Seseorang pernah hampir mengikis
habis kepercayaanku terhadap impianku.
"Kalo punya mimpi jangan ketinggian, ntar kalo jatuh bisa lebih sakit"
Seketika itu rasanya seperti hentakkan. Aku terdiam, dan bukannya menyangkal atau sekedar merespon dengan anggukan atau sejenisnya, aku justru mengalihkan topik pembicaraan. Seketika itu pula aku merasa seperti menyetujui kalimatnya. Tapi, saat aku tiba di rumah dan menemukan kepercayaanku dalam keaadaan terkikis, aku merasa kesal. "Untuk apa aku tempelkan gambar-gambar ini di dinding kamarku?" Aku pikir aku akan melupakannya, tapi tanpa kusadari justru dengan melihatnya sekali lagi, aku semakin kesal. Setelah aku pahami, ternyata kekesalanku adalah bentuk rasa tidak terima atas kalimat pengikis itu. Gambar-gambar itu ternyata memancarkan sesuatu yang tertangkap oleh kedua mataku, hingga akhirnya kepercayaan itu hidup lagi, bahkan lebih.
Aku tahu, dan paham betul bahwa seseorang harus mempertimbangkan realita saat memilih impiannya. Jatuh adalah hal yang sangat pasti terjadi. Tapi bukankah sebelum kita bermimpi pun kita sudah sangat sering terjatuh? Lalu takut apalagi? Jatuh yang lebih sakit lagi?
Bagiku, seseorang mampu menjadi lebih dewasa dan lebih kuat karena ujian yang dihadapinya semakin hari semakin sulit. Jatuh yang ia rasakan pun semakin lama semakin sakit. Tapi ia akan jauh lebih kuat. Bukankah tidak mungkin seseorang terjatuh dalam keadaan jatuh? Saat ia terjatuh, ia pasti akan berusaha untuk bangkit. Maka setelah bangkitlah ia akan terjatuh lagi, dan tentu akan bangkit lagi, sekali pun akan terjatuh lagi, ia pun pasti berusaha untuk bangkit lagi. Satu hal yang membuatku takut adalah, ketika aku terjatuh dan harusnya bangkit, tapi aku justru menyia-nyiakan kesempatan untuk berusaha bangkit. Sungguh aku akan merugi hingga aku benar-benar dalam titik puncak ketidakmampuanku untuk bangkit. Bagiku, selama aku masih hidup, aku harus memilih, berusaha, atau mati. Karena tidak mungkin seseorang berhenti untuk bertindak sementara ia belum mengakhiri kehidupannya di dunia ini.
Bukankah kita sebagai umat muslim telah diperintahkan untuk takut hanya pada Nya? Mungkin aku memang bukan orang yang memiliki satu-satunya rasa takut hanya pada Nya, aku masih takut pada kegelapan, aku masih takut jika harus menyodorkan tanganku dalam pemanggang yang panas, aku juga masih takut banyak hal. Tapi yang aku tahu dan selalu membantuku saat aku takut adalah, Ia selalu ada untuk menolongku, untuk mengangkatku dari pemanggang panas, untuk mengulurkan tali saat aku terperosok jurang, untuk memberikan secercah cahaya saat gelap, dan untuk apapun itu, Ia selalu ada. Lantas, selama aku bisa menikmati mimpiku dan memiliki kesempatan untuk mewujudkannya, kenapa aku harus berhenti karena ketakutan akan sakit saat terjatuh??
"Membatasi mimpi"
Rasanya seperti membatasi besarnya jatah oksigen yang bisa kau hirup per detiknya, juga seperti kembali pada zaman dahulu kala di mana perempuan harus menahan semangatnya untuk mengenal apa itu abjad, apa itu bakat, apa itu keberhasilan, dan apa itu kebebasan yang terhormat.
Ah, entahlah! Terlalu lelah untuk mengupas semuanya. Mungkin satu-satunya jalan hanyalah dengan membuktikan pada diri sendiri tentang apa itu mimpi, tentang seperti apa saat kau terjatuh dalam perjuanganmu meraihnya, dan tentang saat-saat di mana dirimu tersenyum karena Tuhan telah membantu usahamu dan mengabulkan doa-doamu.
|
Nick Vujicic |
Sebaiknya bermimpilah sebelum kesempatanmu untuk bermimpi telah hilang. Hanya bermimpi saja, dan jika kamu merasa tidak yakin, maka gantungkanlah mimpi itu sejelas-jelasnya. Siapa yang tahu tentang apa yang akan terjadi nanti?!