Free Red Glitter Pointer Cursors at www.totallyfreecursors.com
Summer: January 2016

Friday, January 29, 2016

Edisi Terbatas Merek Ternama

Duduk dan dengarkan. Diam dan perhatikan. Mendengar seseorang berbicara untuk mengerti maksud dan keinginannya, bukan untuk mendebat. Melihat seseorang bertindak untuk memahami bagaimana dirinya, bukan untuk mengawasi apalagi menghakimi.
Itu sulit. Semua perilaku yang merupakan bentuk kesabaran seperti di atas sangat sulit dilakukan. Hanya orang yang benar-benar bersedia yang mungkin bisa melakukannya.
Ada satu orang, ia bersedia melakukan semua hal itu. Darinya aku belajar memahami. Ia mendengar, bahkan saat di sekelilingnya acuh dan tidak mempedulikan. Ia memerhatikan, memandangi dengan teliti, dan ia menikmati hal itu. Ia sedikit bicara hanya agar bisa mendengar. Ia tidak banyak menampakkan diri, tapi tiba di saat penting ia mengambil peran. Orang akan mengira ia pendiam, begitu pun menurutku. Tapi setelah melihatnya sejauh ini, ia sebaliknya. Ia diam bukan karena tidak ingin bercerita, karena sebenarnya ada banyak paragraf yang ingin ia sampaikan. Ia hanya memberi kesempatan bagi dirinya sendiri untuk memahami, dan itu jelas cukup sulit dilakukan.
Ia... orang pertama yang membuatku berpikir bahwa mimpiku penting. Tanpa ia sadari, karenanya aku terdorong untuk kembali pada sesuatu yang pernah sangat kuinginkan.
Seseorang sepertinya... banyak yang menuding karena kekurangan yang ada pada dirinya. Tapi bagiku, dari kekurangan itu ia menjadi sangat berbeda, dan entah kenapa ia cukup istimewa dalam ingatan. Sama sekali tidak pernah terpikir sebelumnya, bahwa Allah beri skeneraio yang begitu luar biasa dengan mempertemukan kami.
Ia selalu tampak istimewa bagiku, seperti edisi terbatas sebuah merek ternama. Tapi, aku selalu merasa tidak akan pernah bisa mencapainya. Dan memang benar, aku tidak pernah mencapainya. Hanya sebatas melihat, dan ia tahu aku ada, itu sudah cukup. Menyadari bahwa aku ada dalam penggalan hidupnya, itu sudah sangat luar biasa. Sayangnya, karena pikiran-pikiran itu, aku seperti terkurung dalam sebuah ruang. Seperti penjara, bahkan penjara tak berpintu. Terkadang aku kehabisan napas. Bagaimana aku bisa terbebas dari kurungan itu? Kupikir satu-satunya cara adalah menghancurkan termboknya, seluruh sisi temboknya. Tapi mungkin bukan aku yang bisa melakukan hal itu, melainkan ia, ia sendiri yang harus membantuku meruntuhkan ruang sesak ini.