Free Red Glitter Pointer Cursors at www.totallyfreecursors.com
Summer: February 2014

Wednesday, February 26, 2014

Bersama kesulitan, ada kemudahan

     Tidak mudah untuk mengajak orang lain menuju kebaikan. Bahkan bukan sesuatu yang asing lagi jika hal itu justru membuat orang lain merespon sebaliknya. Menjauh misalnya. Seperti yang dirasakan gadis belia itu. Sejak mulai membuka diri mencari tahu tentang ilmu agama lebih dalam, ia pun berniat mengajak sahabat-sahabatnya merasakan nikmat yang baru-baru ini ia rasakan. Nikmat mencintai Allah. Tapi niatnya itu tidak selancar seperti ia membaca buku-buku tentang Islam. Justru sebaliknya, ia sempat merasa bahwa sahabat-sahabatnya sedikit menjauh. Memang tidak ada perbincangan lirih yang ia dengar tentangnya, atau seperti cibiran karena ia dinilai sok alim. Tapi dengan sikap yang menurutnya berbeda dari biasanya, gadis belia itu merasa sedikit melemah. Semangatnya untuk meraih cinta Allah bersama mereka sedikit luntur karenanya.

Tuesday, February 25, 2014

Muhasabah Cinta #3



     Masa kuliah seringkali ia dengar sebagai masa seseorang benar-benar belajar untuk bersiap dalam kehidupan bermasyarakat. Benar memang, kali ini ia langsung mengiyakan. Hari-hari pertama di kampus memang dirasakan gadis belia itu sebagai cerminan pandangan tersebut. Tapi sepertinya ada perbedaan besar antara tahun pertamanya di SMA dengan tahun pertamanya di kampus. Ia lebih mudah merasa terlihat, bahkan di hari pertamanya dalam sebuah barisan mahasiswa baru itu ia telah mendapat lebih dari dua teman baru. Kali ini ia merasa mereka benar-benar tahu bahwa dirinya ada. Selain itu, ia masih merasa senang karena apa yang ia kenakan di hari-harinya menggapai ilmu. Sehelai kain yang menutup rambut indahnya. Meski belum sempurna, dan bahkan itu pun karena ia belum memahami seperti apa seharusnya wujud dari sempurna itu.
     "Kenapa sih mereka pake bajunya gitu amat? Kan yang penting udah ketutup." Ucap salah seorang teman saat beberapa orang termasuk gadis belia itu duduk-duduk santai bersama. Meski tanpa berbicara apa-apa, dalam hatinya gadis belia itu menyetujui pendapat temannya. Hanya saja ia tidak setuju jika harus mengkritik orang lain di belakang orang itu.

       "Wahai Asma’ sesungguhnya seorang wanita itu apabila telah baligh (haidh) maka tidak boleh baginya menampakkan tubuhnya kecuali ini dan ini, seraya menunjukkan wajah dan telapak tangannya” - HR Abi Dawud

Monday, February 24, 2014

Muhasabah Cinta #2

      Sejak keresahan itu, sejak perasaan yang sangat tidak nyaman dalam diri gadis belia, ia sejenak berpikir. Gadis belia itu berusaha memberi waktu bagi dirinya sendiri untuk mencari jawaban atas perasaan tidak nyamannya. Tepat pada bulan ramadhan di tahun ke duanya di SMA. Niat menunggu gema adzan maghrib, siaran pengiring sebelum adzan berkumandang tidak sengaja ia perdengarkan. Sebuah perbincangan tentang adab pergaulan dalam Islam. Tepat mengenai sesuatu yang sedang ia cari jawabannya. Pacaran.
      "Pacaran itu dilarang dalam Islam, sebab merupakan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat pernikahan, yang keduanya adalah bukan mahram." Gadis belia itu pernah mendengar sebelumnya bahwa pacaran adalah sesuatu yang dilarang, tapi yang tahu itu karena dinilai tidak baik oleh masyarakat sekitar. Sekarang, ia tahu bahwa Allah juga melarang hubungan yang tidak halal itu. Secara tiba-tiba, detik itu pula, ia meraih ponselnya dan mengetikkan sebuah kalimat, yang ditujukan pada pemuda yang ia sukai.

Muhasabah Cinta

       "Ibuk, aku mau pake jilbab ya kalo sudah SMA?" Pinta gadis belia itu pada ibunya.
       "Jangan dulu, nanti dipake dicopot lagi." jawab sang ibu.
       "Kenapa gitu? Kenapa harus dicopot?" Tanyanya seolah tidak menerima.
     "Kamu kan belum tau dunia SMA, nanti liat temennya modis, rambutnya bagus, jadi pengen nyopot kerudung. Kan malu nantinya." Jawab sang ibu menjelaskan.
       Gadis itu terdiam. Bukan karena menyetujui pendapat sang ibu, tapi ia tidak tahu bagaimana kata-kata yang tepat untuk meyakinkan ibunya. Di sisi lain, ia pun merasa belum memiliki keyakinan yang kuat untuk berjilbab.

       Masa SMA tidak seperti yang kebanyakan orang katakan, bagi gadis belia itu justru berbeda dari cerita orang di sekitarnya. Masa-masa awal memasuki SMA, gadis belia itu tidak banyak memiliki teman. Meskipun beberapa orang mengobrol dengannya, tapi menurutnya mereka belum benar-benar melihatnya ada. Gadis belia itu memang tidak mudah bergaul. Bukan karena tidak ramah, tapi karena ia tidak tahu bagaimana percakapan yang tepat yang bisa membuat semuanya nyaman dan tidak menyinggung hati. Ia terlalu berpikir dalam hal itu.
       Tahun ke dua, sahabat mulai ada dalam keseharian gadis belia itu. Meskipun dengan ekspresi yang tetap sama, diam dan tidak begitu ceria. Tapi di saat-saat diamnya itu, ada selingan tawa yang beberapa kali tampak karena seorang sahabat. Seorang sahabat yang menurutnya lucu dan terkesan tomboi, bagi gadis belia itu sahabatnya seolah tidak mudah menyerah untuk mendekat dalam kehidupannya. Dan di saat yang bersamaan, ia pun mengenal cinta. Cerita SMA yang dulu sering ia dengar dari orang-orang di sekitarnya.
       "Dewi, tolong ya, kasikan ini ke dia." Pinta gadis itu pada sahabatnya.
       "Iya...." Jawabnya.
     Satu hari, dua hari, tiga hari, dan setiap hari. Hari-harinya disibukkan dengan berbagai hal mengenai seseorang yang mengenalkan gadis belia itu dengan perasaan yang baru kali ini ia tahu.
       "Cie cie.... bentar lagi pacaran nih...." ledek teman-temannya pada gadis belia itu.
       Gadis belia itu takut, ia merasa resah dan begitu tidak nyaman dalam hatinya. Ia tidak tahu kenapa. Tapi kata 'pacaran' yang dicapkan teman-temannya itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman.
      "Kenapa pacaran? Kenapa harus pacaran jika menyukai seseorang?" Tanyanya dalam hati. 
       Kenapa ia gundah di saat orang lain mengharap yang terjadi padanya? Kenapa ia gelisah di saat banyak gadis lain ingin mengalami yang mereka sebut kebahagiaan karena akan lebih sering bersama dengan pemuda yang mereka sukai. Kenapa ia sangat tidak nyaman di saat gadis lainnya begitu senang berdekatan dengan pemuda yang mereka sukai? Kenapa perasaannya justru berbeda?

Sunday, February 23, 2014

Sepercik Cahaya Purnama

       Hari ini setelah lama menunggu, sahabat yang sedari tadi menemaniku menatapku seolah ada sesuatu yang secara tiba-tiba ada. Lalu aku pun menyadari, ia melihat seseorang yang sedari tadi kami tunggu. Hanya untuk tujuan sederhana, mendapatkan beberapa ilmu darinya, yang jauh lebih berpengalaman dari kami. Aku pun menoleh ke arah orang itu, dan sungguh, itu ujian hati yang sangat berat.