Free Red Glitter Pointer Cursors at www.totallyfreecursors.com
Summer: Waktu, Cinta, dan Tuhan

Wednesday, November 14, 2012

Waktu, Cinta, dan Tuhan


          Cinta, lebih sering disalahkan. Ia disalahkan karena menurut mereka cinta lah yang membuat sakit, cinta lah yang menyebabkan derita. Hal yang seharusnya mereka tahu, cinta adalah korban. Fitnah terhadapnya terlalu sering dituduhkan tanpa mereka sadari bahwa apa yang ada di belakang cinta lah pelakunya, nafsu. Nafsu itu bersembunyi di balik kata cinta, menggunakan cinta agar ia sendiri tidak diketahui keberadaannya. Sesungguhnya cinta, bukanlah hal yang buruk, bukan penyebab semua kesakitan dan penderitaan batin, begitu pun lahir. Sesungguhnya cinta yang memberi kesempatan pada seseorang untuk melakukan suatu hal kecil yang berarti besar. Sesungguhnya cinta memberi kekuatan pada seseorang untuk berjuang bahkan saat ia tahu dirinya bisa hancur dan kesakitan karenanya.
          Cinta, Tuhanmu, nabimu, ibumu, ayahmu, saudaramu, kerabatmu, sahabatmu, dan bahkan kekasihmu. Semua itu cinta. Selalu memberi kekuatan untuk terus berusaha demi semua yang dicintai, selalu ingin memberi yang terbaik demi mereka yang dicintai.
          Cinta pada Tuhan. Mencintai yang ghaib, abstrak, tidak berwujud. Seorang manusia, saat ia mencintai manusia lain, dengan mudahnya bisa menunjukkan perasaan cintanya. Ia membantunya, menghibur, menemani, memenuhi keinginannya, apapun usaha untuk tidak mengecewakannya. Lalu, pada yang abstrak? Pada Tuhan? Allah SWT?
          Allah adalah kekuatan ghaib terbesar di seluruh alam semesta. Ia abstrak dan tidak berwujud, tapi kita harus mencintainya. Cinta yang sebenarnya hampir sama dengan cara kita memperlakukan cinta pada manusia lainnya. Menemani, mengingat, memenuhi keinginan, tidak mengecewakan, dan hal lainnya. Tapi, sepertinya hal itu lebih besar dilakukan pada manusia, pada sesama daripada untuk Tuhan, untuk Allah SWT. Sesungguhnya cinta untuk-Nya harusnya cinta terutuh, cinta tertulus, paling abadi, tiada tara. Ia memberi tanpa kita meminta, hadir bahkan saat kita melupakannya, selalu mengawasi bahkan saat kita tak rela mengorbankan waktu yang hanya sedetik untuk mengingat-Nya. Itulah yang dilakukan oleh kebanyakan manusia.
         Seorang manusia, mengidolakan seorang tokoh, artis, pengusaha, seniman, dan lainnya. Memasang foto mereka dalam ukuran besar di kamarnya, mengingat hari ulang tahunnya lantas merayakannya setiap tahunnya. Membayangkan kisah apabila bertemu mereka, histeris jika mendengar namanya, dan apapun. Yang ada dalam ingatannya, dalam bagian waktu terbanyak dalam kesehariannya adalah sang idola. Kemana tempat dan waktu untuk Tuhanmu? “Aku memberi-Nya tempat, ada pula di hatiku, ketika aku sholat, aku selalu mengingat-Nya” Dalam satu waktu sholat, membutuhkan lima sampai sepuluh menit, itu artinya dalam sehari ada 25 sampai 50 menit waktu yang disediakan untuk-Nya. Dari waktu sehari semalam, 24 jam, hanya tersisa satu jam untuk-Nya, benar? Mengingat hari-hari penting sang idola, menghabiskan begitu banyak waktu untuk mencari tahu banyak hal tentangnya melalui berbagai media. Pernahkah kau mencoba mencari tahu sedikit hal saja tentang waktu-waktu istimewa yang Tuhan berikan? Atau setidaknya pernahkah kau mencari sedikit hal saja tentang hari-hari istimewa sang nabi? Nabi yang juga seorang manusia, yang berwujud dan mungkin lebih mudah untuk mencintai yang berwujud, pernahkah? Atau sekedar mengingat dan berdoa di hari kelahirannya dengan begitu bahagia seperti saat merayakan hari ulang tahun sang idola, pernah?

          Mencintai yang berwujud itu memang lebih mudah, lebih mudah pula dirasakan. Tapi, sadarkah tentang apa yang kau lihat tidak mungkin pernah kau lihat jika Ia tidak menghadiahkan mata yang indah?  Lupakah jika melodi, irama yang merdu tidak mungkin didengar jika sepasang pendengaran tidak dianugerahkan padamu? Apakah bisa merasakan nikmatnya sepiring sarapan jika indera perasa di mulutmu mati? Apakah masih sanggup merasakan kebahagiaan jika Ia menutup hatimu? Apa bisa semua itu? Ia memberikan apapun yang engkau butuhkan tanpa memintanya. Tapi perlakuan pada-Nya, seolah tidak ingin mengingat-Nya jika setiap detikmu tidak diberi kebahagiaan, dan tidak dijauhkan dari segala bentuk derita. Lalu, bagaimana dengan idolamu? Apa yang ia berikan padamu? Hanya lantunan musik, hanya pagelaran drama, hanya bentuk indah sebuah pahatan, hanya, hanya, hanya. Tapi perlakuanmu padanya? Setiap detilnya kau tahu, bahkan selalu ingin tahu, lebih dan lebih.

No comments:

Post a Comment